FREELINENEWS.COM | ACEH TIMUR – Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dan Forum Konservasi Leuser (FKL) berbagai upaya dilakukan untuk mencegah konflik Gajah Sumatera dengan manusia di belantara Aceh.
Kali ini BKSDA dan FKL, berhasil melakukan pemasangan sebanyak 3 unit GPS Collar pada kelompok gajah Sumatera liar di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.
“Alat ini dapat memberi informasi posisi gajah sebelum mendekati atau masuk ke perkebunan dan lahan pertanian masyarakat. Alat ini sangat membantu,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto melalui Kepala Pusat Latihan Gajah (PLG) Aceh Saree, Andi Aswinsyah, Sabtu (12/09/2020).
Alat pendeteksi tersebut berguna untuk memberikan informasi sehingga mempermudah proses mitigasi konflik satwa liar dengan manusia yang kerap terjadi pedalaman Aceh khususnya Kabupaten Aceh Timur.
Kata Andi, pemasangan GPS Collar pertama dilakukan pada 6 Maret 2019 pada gajah betina dengan berat hampir 4 ton di dalam kawasan Hak Guna Usaha (HGU) PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.
Gajah betina tersebut setelah dilakukan pemasangan GPS Collar, kemudian diberi nama Nadia mengingat GPS Collar tersebut merupakan sumbangan dari Nadia Hutagalung, seorang presenter yang sangat peduli terhadap konservasi.
Pemasangan GPS Collar kedua selanjutnya dilakukan pada kelompok gajah yang ditemukan oleh tim gabungan di Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur. Gajah ini juga berjenis kelamin betina.
Gajah yang diperkirakan berumur sekitar 20 tahun dengan berat lebih dari 2 ton ini ditemukan setelah tim gabungan melakukan pencarian seharian pada 9 Maret 2019 lalu.
Selanjutnya yang terakhir, tim gabungan BKSDA dan FKL berhasil melakukan pemasangan GPS Collar ketiga terhadap kawanan gajah liar pada Jum’at (11/9) kemarin.
Supervisor Elephant Protection Team FKL, Edi Syahputra mengatakan, GPS Collar ketiga ini dipasang pada gajah betina yang berukuran cukup besar dan diperkirakan memiliki berat sekitar 3,6 ton.
“Kawanan gajah ini juga ditemukan di kawasan HGU PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur,” kata Edi Syahputra.
Dikatakan Edi, tim gabungan yang berjumlah kurang lebih 20 orang ini sebelumnya telah melakukan pencarian sejak Selasa (8/9) lalu.
Tim EPT FKL dan BKSDA bersama tim medis, pawang gajah atau Mahout dan tim penembak mencari jejak kawanan gajah dengan menyusuri hutan dan perkebunan sawit. HGU perusahaan yang telah ditumbuhi semak belukar memang membuat gajah menyukai tempat seperti ini. Kotoran gajah terlihat berserakan di beberapa lokasi, bahkan ada yang berada di jalanan.
Di hari keempat, tim gabungan akhirnya kemudian menemukan kawanan gajah saat sedang beristirahat. Setelah dilumpuhkan dengan bius, gajah betina yang juga diperkirakan baru saja melahirkan (terlihat dari kondisi susu yang penuh) itu pun dipasangi GPS Collar. “Setelah alat tersebut dipasang, gajah betina itu kemudian dilepaskan kembali,” pungkasnya. (*)