“Lham Kapai Koen Sebab Bakat ngen Badei, Kali Nyoe Kapai Lham Ngen jitoh iek ABK.”
Hadih Maja Aceh di atas jika kita artikan ke bahasa Indonesia; “Kapal tenggelam bukan karena ombak dan badai, akan tetapi kapal tenggelam karena dikencingi ABK.”
Hadih maja tersebut mengandung unsur fislosofi, bahwa hancurnya sebuah organisasi bukan pengaruh orang luar, akan tetapi pengurus organisasi itu sendiri yang menghancurkannya.
Makna organisasi ini sangat luas, baik sebuah perusahaan, ormas, pemerintah maupun organisasi politik atau Parpol.
Hancurnya sebuah organisasi politik yang telah terbagun dengan jayanya hingga puluhan tahun, belum tentu diakibatkan oleh pengaruh atau serangan organisasi politik lainnya.
Kecekapan dan orientasi seorang ketua dan pengurusnya juga salah satu modal mempertahankan kejayaan sebuah organisasi politik.
Terkadang salah menempatkan jabatan pengurus organisasi dan tidak cakap dalam membina hubungan vertikal dan horizontal dapat terjadi gonjang ganjingnya dalam tubuh organisasi itu sendiri.
Apalagi dalam mengurus Parpol yang notabenennya mencari dukungan rakyat, sudah pasti harus mengambil hati rakyat dengan program yang nyata.
Bahkan salah menempatkan posisi tokoh politik juga berpengaruh terhadap dukungan masyarakat. Misalnya dalam membagi jabatan penting, ibaratnya untuk wilayah S ketua D, untuk wilayah P wakil B, untuk wilayah I seorang B.
Pembagian posisi jabatan menurut wilayah perlu diperhatikan benar-benar sebagaimana komitmen awal dengan seluruh lembaga yang ada di bawahnya.
Kehancuran juga terjadi ketika pengurus partai P saat pemilu asyik mengurusi partai L untuk kepentingan pribadi, misalnya, hal ini juga akan menghilang rasa kepercayaan cabang terhadap induk organisasi tersebut.
Menampung dan mendengarkan apirasi seluruh pengurus organisasi juga perlu diperhatikan oleh ketua organisasi. Jangan absolut, terima ide dan gagasan para pengurus dari bawah dan berikan kesempatan kepada yang mampu dan memperoleh dukungan dari bawah.
“Bek na istilah hanjuet na mie agam laen.” (Jangan ada istilah hanya satu kuncing jantan berkuasa), maknanya jangan selalu berfikir pengurus atau kader lainnya tidak mampu.
Berikan kepercayaan kepada kader tersebut, mungkin kader tersebut mempunyai kelebihan di bidang lainnya, setidaknya punya dukungan masyarakat kepadanya.
Selanjutnya agar organisasi itu berjalan dengan baik, buang ‘ego sektoral’ karena ini menjadi biang atau penyebab kegagalan dalam mencapai sebuah relasi. Bangun kerjasama dan selalu berkaloborasi dengan melibatkan banyak pihak agar tercapai tujuan yang sama.
Penulis berpendapat, tingginya nilai ‘ego sektoral’ dalam kancah politik akan memberi dampak terhadap kehancuran, dan kita sangat sulit mencapai harapan dan cita-cita untuk menuju ke sebuah pulau idaman karena kapal yang kita tumpangi sudah tenggelam dikencingi ABK. []