DENPASAR | FN – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo mengatakan, revolusi Industri 4.0 dengan pemanfaatan data, big data dan artifisial intelligence menjadi suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Semua harus berusaha untuk memanfaatkannya agar tidak ketinggalan dan tidak membuat efek yang negatif.
Hal itu disampaikannya pada acara TECHTalk@Tsinghua South East Asia (SEA) Center dengan topik “Industry Revolution 4.0 Shape Your Future with Artificial Intelligence and Big Data”. Di Three Mountains, UID Creative Campus, Kura Kura Bali, Denpasar, Bali, Sabtu (12/1/19).
Seperti dirilis laman Kemendesa.go.id. Mendes PTT, mencontohkan salah satu pemanfaatan teknologi untuk percepatan pelaporan, pengawasan, dan manajemen keuangan di desa dengan menggunakan aplikasi sistem keuangan desa (siskeudes). Dengan sistem atau aplikasi yang menggunakan teknologi tersebut, mempercepat dalam sisi pelaporan karena tidak menggunkan cara-cara manual, selain itu pengawasannya juga langsung sampai ke pusat dan sistem tersebut menjangkau hingga pelosok.
“Dengan Siskeudes, pelaporan lebih baik dan cepat, penyerapan anggaran atau pelaporan dana desa juga lebih baik karena menggunakan internet. Dan datanya secara real time bisa di upload ke pusat jadi saya bisa tahu penyerapannya secara real time,” paparnya.
Menteri Eko menambahkan, saat ini banyak juga desa-desa wisata yang menggerakan ekonomi, dan salah satu promosi paling cepat dengan menggunakan teknologi internet. Dengan instagram, facebook atau portal-portal dari BUMDes.
“Jadi kita memanfaatkan teknologi untuk lebih cepat pertumbuhan ekonomi di desa. Dan sekarang kita suply chance, dulu bedanya harga cabai atau holtikultura dari desa sampai ke kota itu 3x lipat, dengan menggunakan teknologi industri 4.0 ini kita ada kerja sama dengan bukalapak, regopantes, dan portal lain (dalam bentuk e-commerce) akan mengurangi mata rantai sehingga memberikan nilai tambah kepada petani dan mengurangi harga di level endorser juga, jadi supply-nya bisa naik karena harganya lebih murah dan keuntungan petaninya juga bisa naik sehingga kita bisa mengurangi kemiskinan dan pemerataan,” terang Mendes PTT, Eko Putro Sandjojo. (*)