FREELINE NEWS – Semua calon legislatif masing-masing tentunya mempunyai pengalaman politik berbeda dalam mendulang suara untuk dapat meraih kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hari ini menjelang Pemilu 2019, setiap Caleg sebagai peserta Pemilu juga punya masing-masing cara untuk mengambil simpati rakyat. Caleg yang mempunyai kemampuan dana, tentunya beda cara dengan caleg yang tidak punya anggaran sama sekali.
Berikut ini penulis akan mengupas pengalaman seorang mantan Anggota DPR Aceh Periode 1999-2004 dari Partai Persatuan Islam Indonesia Masyumi (PII- Masyumi) Tgk Muhammad Hamdani Bin Makam Al Bajabir, SSc, atau yang akrab disapa Abi Ana.
Sambil menikmati secangkir kopi di salah satu warung kopi di Kota Idi, Aceh Timur, Sabtu (9/2) sore, Abi Ana kepada penulis mengisahkan pengalaman kampanyenya ketika Ia maju sebagai anggota legislatif pada tahun 1999, dari “Jak intat boh timon bruek keu urueng keumeukoh hingga Meuutang 10 boh Taxi Jak me urueng ikut kampanye”.
20 tahun yang lalu, ditengah konflik Aceh yang berkecamuk, Abi Ana hanya bermodalkan semangat dan doa mampu meraih suara dan mengantarkan putra kelahiran Peureulak 1950 tersebut duduk di kursi DPRA Aceh ketika itu. Keberhasilan Abi Ana melalui perahu politik Partai Masyumi menuju kursi DPR Aceh dirasakannya seperti dalam mimpi.
Kisah Abi Ana, hanya bermodalkan sepeda motor Honda Cup 70 milik temannya Alm Drs. Abdurrahman Aji, ia dan temannya itu kerap singgah menyapa petani yang sedang panen padi, jak bagi boh timon bruek (membagikan semangka), sebagai pelepas dahaga para petani yang sedang gerah di pematang sawah.
“Kala itu Pemilu tidak ada pembagian dapil, jadi saya harus keliling Aceh dengan sepeda motor tua milik teman saya Drs. Abdurrahman Aji, beliau adalah teman sejati saya asal Buloh Blang Ara, Aceh Utara. Kami berdua kerap tidur dari satu masjid ke masjid lainnya,” kisah Abi Ana.
Ia selalu mengedepankan kampanye yang santun untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat Aceh. “Saya selalu menyapa petani ditengah sawah dengan kata Assalamualikum, lalu saya bertanya tentang hal ikhwal padi di sawah, kemudian baru saya berikan Boh Timon Bruek (semangka). Petani pun terheran dan bertanya siapa anda dan dari dari mana gerangan?, “kisah Abi Ana.
Tidak banyak basa basi, Abi Ana kepada petani, ia menjawab,”Saya adalah Abu Masyumi datang menyapa kalian rakyat Aceh,” jawabnya singkat dan langsung pergi meninggalkan petani yang sedang memanen padi.
Menurut Abi Ana cara yang dilakukannya itu, sangat jarang dilakukan oleh Caleg-caleg lainnya kala itu, dan apa yang dilakukannya itu sangat bermanfaat dan masyarakat petani akan ingat kepadanya. “Saya datang ke sawah dengan bersedekah Boh Timon Bruek untuk melepaskan dahaga mereka ditengah teriknya sinar mentari, tentunya ini adalah perbuatan yang terkesan bagi petani itu sendiri,” cerita mantan DPR Aceh tersebut.
Abi Ana mengaku, gaya dan penampilannya itu sempat membuat orang-orang berprasangka kepada dirinya sebagai Jamaah Tabliq. “Bahkan saya sempat ditunding sebagai orang kurang waras, karena penampilan saya lusuh dengan berkas dokumen dalam plastik kresek yang selalu saya jinjing,” ungkapnya seraya tersenyum. (Bersambung.. ke bagian ke 2).