FREELINENEWS.COM | BIREUEN – 318 rumah masyarakat di Gampong Pante Lhong, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, rusak akibat bencana banjir bandang yang melanda daerah itu mulai dari Selasa – Rabu, 25 s.d 26 November 2026.
Keuchik Pante Lhong, Murizal kepads freelinenews.com ditemui dilokasi, Selesa (23/12/2025) pagi dilokasi mengatakan dampak banjir bandang menerjang gampong dipimpinnya itu ada 318 rumah masyarakat rusak, dan 45 unit diantaranya sudah hilang.
Kenapa bisa kita bilang hilang, kata Keuchik, dikarenakan sampai hari ini yang terlihat cuma tinggal atas saja sebab masih banyak tertimbun pasir dan tanah baik itu di dalam maupun di luar rumah-rumah warga kami.
“Ada beberapa rumah yang di coba dibersihkan dan baru terlihat rusak dipapan bawah sudah jebol, juga ada yang sudah miring, kalau rumah beton itu pondasi rumah sudah tergerus banjir,” terangnya.
Selain itu juga ada sejumlah fasilitas publik hilang ada 12 unit yaitu antara lain sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hanya tinggal pondasi, di dayah balai-balai, Polindes juga rusak parah sampai saat ini belum bisa difungsikan maksimal.
“Kita tidak tinggal diam dan memohon kepada lembaga donor dan kepada pemerintah untuk dapat membantu sehingga kita mencoba memulihkan kondisi ini,” sebutnya.
Keuchik Murizal juga mengatakan rata-rata rumah dan pemukiman penduduk tertimbun tanah dan pasir yang dibawa arus banjir bandang dengan ketebalan pasir kalau rumah delapan meter genangan tanah bisa mencapai 6 meter.
Artinya pasca banjir bandang ini, ada pekerjaan ekstrim harus dikerjakan oleh masyarakat Pante Lhong, saat mereka telah berusaha menggali tanah atau pasir dalam rumah, tetapi endapan diluar masih tinggi.
Apabila turun hujan, maka tanah dari luar rumah akan merembes masuk lagi ke dalam rumah mereka. “Kita memberi apresiasi bagi masyarakat tetap bersemangat bisa kembali lagi kerumahnya dan menyelamatkan harta benda masih tersisa,” ujarnya.
Dalam hal ini, Keuchik Murizal berharap kehadiran dari pemerintah terutama menyangkut perbaikan perekonomian masyarakat pasca banjir. “Hari ini saya punya skema dan punya program hasil pengalaman saya sewaktu menanani krisis tsunami tahun 2004, mari kita bersama-sama menanganinya,” harapnya.
Sementara itu, T Baginda Syah, 50, staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Bireuen salah seorang korban banjir di Dusun Tgk Dipulo, Gampong Pante Lhong kepada freelinenews.com, mengisahkan.
Sesaat sebelum kejadian, dia bersama istrinya Nurul Hadi, 41, pegawai Puskesmas Peusangan, beserta tiga anaknya sedang dirumah. Tiba-tiba, Rabu dinihari, (26/11/2025) pukul 01.30 WIB terjadi banjir.
Spontan, Bang Ponda nama panggilan T Baginda Syah, bersama istrinya dan tiga anaknya secepatnya pergi naik dua sepeda motor menyelamatkan diri ke tempat lebih aman yaitu ke toko dua lantai berjarak 500 meter ke timur sekitar meunasah.
“Saat itu air baru naik kepemukiman, terlambat sekitar 20 menit saja sudah tidak ada lagi kami, karena kampung kami tenggelam airnya lebih 3 meter. Kami ada 400 orang naik ke tiga toko bertingkat dua dekat meunasah, ada warga selamatkan diri ke gampong lain,” ungkapnya.
Akibat bencana alam banjir bandang itu saat ini rumah permanen miliknya belum bisa ditempati karena harus di upah kepada warga untuk membuang sendimen tanam setebal 1.5 meter di dalam rumah, kalau di depan rumah 3 meter ketinggian tanahnya.
Asmadi, 52, tetangganya mengatakan pasca banjir itu timbunan tabah yang masuk ke dalam rumah sudah selesai dibersihkan, untuk tanah menutup halaman depan rumah lagi dikeruk pakai excavator dengan biaya Rp 600 ribu/jam dan disewa selama tiga jam.[Rahmat Hidayat]











