Tarian jari di atas mata keybord memancarkan wajah lelah Abdul Rahman, sang wartawan asal Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, yang sedang mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) jejang Utama yang dilaksanakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Lhokseumawe, di Aula Hotel Grand Sedney, Jumat (12/12/2025).
“Maaf pak, saya tertidur tadi,” ucap Rahman dengan lesuh, kepada Bapak Muhammad Syahrir, penguji UKW Utama dari Dewan Pers. Penguji dan lima peserta lainnya hanya terdiam bisu, setelah beberapa menit menunggu dirinya di meja uji, ba’da salat Jumat.
Tanpa basa-basi, Rahman terus menggeser kursor laptopnya, seraya serius menyimak paparan mata uji yang disampaikan Bapak Syahrir sang wartawan senior asal Sumatera Utara itu.
Kelelahan yang Rahman rasakan bukanlah hanya cerita nestafa semata. Rasa lelah dibalut perjuangan itu singgah ketika dirinya mengarungi terjalnya perbukitan Bener Meriah dengan telapak kakinya melewati longsoran lumpur bencana yang memutusakan jalur transportasi lintas Bener Merah- Kota Lhokseumawe via Gunung Salak.
Kepada Penulis Rahman bercerita, akibat bencana alam banjir dan tanah longsor yang melanda dataran Gayo, membuat banyak ruas jalan lintas Bener Meriah – Lhokseumawe putus total.

Hal itu tidak menyurutkan semangat Ayah anak dua tersebut untuk mengapai lembaran sertifikasi Utama dari Dewan Pers. “Demi untuk sebuah sertifikasi, saya harus menempuh perjalan sulit dengan berjalan kaki mengarungi medan lumpur nan terjal, lebih kurang lima kilo meter, seraya mengendong tas rensel laptop di punggung saya. Ini adalah perjuangan,” ucap Rahman.
Usai menyelesaikan mata uji di hari pertama, penulis mencoba menyapa kembali dirinya untuk diwawancarai. Dengan spontan pria kelahiran Takengon 1973 itu berkata,” maaf bang, saya masih sangat Lelah, saya malam ini ingin istirahat agar fokus mengikuti mata uji selanjutnya besok,” ucap Rahman lirih.
Kisaran nada biacara Rahman, masih kuat tertanam semangat untuk meraih prediket UKW Utama di kesempatan ini. Tak peduli Lelah, perjuangan profesi ditengah bencana bukanlah rintangan yang harus sirna bersama derasnya banjir pada 29 November lalu yang mengporak-poranda sebahagian besar Kabupaten/ Kota di Tanah Serambi Mekkah ini.
Bukan saja Rahman yang harus mengarungi lumpur longsor yang menutupi ruas jalan Takengon- Lhokseumawe, dan Tekengon – Bireuen, akan tetapi puluhan ribu jiwa penduduk di dataran Gayo, hari ini harus menanggung akibat bencana yang menimpah tanah tersayang ini.
Kata Rahman, Tanah Gayo, yang indah dengan panorama laut tawar nan damai dibaluti semerbak aroma sangrai kopi arabica, kini basi lumpuh terputus oleh longsoran kaki Leuser yang telah dirusak tangan-tangan jahil. Muntahan lumpur gunung mengangkut kayu gelondongan memporak-poranda sudut, sendi kehidupan masyarakat dan habitat satwa yang mendiami kaki Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Dipenghujung cerita, Abdul Rahman tidak luput mengucapkan terima kasih kepada Ketua PWI Kota Lhokseumawe, Sayuti Ahmad yang telah berkenan melaksanakan UKW ke tiga kali di Kota Lhokseumawe.”Kita juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh penguji dari Dewan Pers, serta buat teman-teman peserta UKW,” demikian Abdul Rahman.
Kisah Abdurrahman hanyalah secuil perjuangan profesi yang terinspirasi. Untuk meraih selembar seretifikasi profesi. Spririt Abdurrahman menjadi pokok penting, bahwa betapa pentingnya Uji Kompetensi di profesi ini. Sehingga melahirkan insan media yang professionalitas dalam bertugas, sesuai tuntutan sebelas pasal dilembaran etika dan Undang-undang Nomor 40 tahun 1999.[]











