Emisi plastik di sungai Bagok dalam beberapa tahun terakhir memperparah kedangkalan sungai dan muara Kuala Bagok.
PAGI itu matahari memerah merangkak di sudut timur Pantai Kuala Bagok, Kabupateb Aceh Timur, seraya menerangi para nelayan yang sedang berjuang mengais rezeki untuk keluarganya.
Sosok tubuh pria berkulit legam terlihat mengayuh sebuah sampan kecil bermuatan serakan sampah bercampur udang, ikan, kepiting dan beberapa brankas yang baru saja dibongkar dari pukat ambai yang dipasangnya semalam suntuk di Sungai Bagok.
Mulyadi atau yang akrap disapa Adi Kleng (54) Nelayan Ambai asal gampong Teupin Pukat, Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur, dengan ramah langsung menyapa penulis yang sedang menunggu dirinya di bantaran sungai itu, pada Minggu (07/04/2025) pagi.
“Sudah ada umpan pancing,” sapa Adi Kleng kepada penulis, seraya meminta penulis untuk menguntip udang ‘reukih’ (udang tambak red..) yang masih hidup ditumpukan sampah plastik dalam perahunya.
Dengan menggunakan sepotong kayu kecil penulis menggais sela-sela tumpukan sampah sambil mengambil udang hidup.
“Beginilah kondisi saat ini. Ketimbang udang dan ikan lebih banyak sampah masuk ke pukat ambai,” kata pria berpostur tinggi kurus itu.
Katanya, setiap pukat ambai dibongkar, sampah rumah tangga mencapai tiga hingga empat karung banyaknya. Kata Mulyadi dengan nada kesal.
“Sampah-sampah juga mengeluarkan bau busuk yang menyengat dari pampers bekas dan ampas ayam potong yang sengaja dibuang ke sungai Bagok,” jerit Adi Kleng, sembari memisahkan udang, ikan dan sampah di perahunya.
Pantauan penulis, keberadaan sampah plastik di sungai Bagok saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, dan dapat mengancam kedangkalan muara Kuala Bagok.
Emisi plastik di sungai Bagok dalam beberapa tahun terakhir memperparah kedangkalan sungai dan muara Kuala Bagok.
Diperkirakan, 5 hingga 10 tahun kedepan, nelayan tangkap asal Kuala Bagok yang menggunakan boat oskadon tidak bisa lagi melewati sungai untuk bongkar ikan ke Tempat Pendaratan Ikan (TPI).
“Bisa saja terjadi. Muara sungai Bagok yang kini sudah sangat dangkal akan menjadi tong sampah terbesar. Dan membuat sungai menjadi Tempat Pembungan Akhir (TPA) sampah,” ujar Nurdin (60) nelayan Kuala Bagok.
Kata Bang Din Sae, selain dangkal dengan tumpukan sampah, abrasi laut juga memperparah kedangkalan muara.
Selain itu, emisi plastik di sungai Bagok juga mengancam para petani tambak ratusan hektar di daerah itu. Pasalnya sampah plastik dan sampah dalam karung sering hanyut masuk ke tambak saat petani memasukkan air.
Selain itu, kedangkalan muara sungai akibat sampah juga mengurangi debit air untuk kebutuhan tambak ikan dan udang.
Bang Nurdin, Bang Adi Kleng dan seluruh nelayan tangkap serta para petani tambak di sepanjang sungai Bagok, dengan tegas meminta Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Pemerintah Kecamatan Nurussalam, dan Pemerintah Gampong sepanjang bantaran sungai Bagok untuk melakukan sosialisasi kepada Masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. “Ayo selamatkan sungai kita dari emisi plastik”
Membuang sampah ke sungai sama saja merusak alam. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tidak baik dan melanggar Firman Allah dalam Al-Quran. Al- Quran sebagai pedoman kita melarang kita merusak alam ini. Baca ayat di bawah ini.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Araf 56).[]