Pandemi Covid-19 bukan saja memberi efek bagi masyarakat biasa, seiring dengan daya beli pasar yang semakin mahal, membuat para Aparatur Sipil Negara (ASN) juga ingin menambah pendapatannya dengan memanfaatkan lahan perkarangan sempit berternak ayam kampung semi intensif.
Berternak ayam kampung di tengah lingkungan yang padat adalah sebuah tantangan, dan bukan hal yang mudah, karena akibat dari peternakan tersebut akan menimbulkan efek seperti bau tak sedap dan kebisingan yang dapat menganggu kenyamanan tetangga.
Agar peternakan berjalan dengan baik dan memberi efek kenyaman kepada tetangga. Dalam hal ini dibutuhkan skill dan tatacara budidaya yang benar. Kali ini freelinenews.com, melirik usaha peternakan ayam kampung semi intensif yang digeluti Hajrul Aswad, SE, seorang ASN yang bertugas di Dinas Pertanahan Kabupaten Aceh Timur.
Ketika ditemui freelinenews.com di rumahnya, pada Minggu (08/11/2020), di Gampong Baro Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa. Kreatifitas Hajrul Aswad dalam mendesain kandang ayam persis di belakang rumahnya, patut kita tiru. Kandang berukuran 3 meter x 6.5 meter, mampu menampung sedikitnya 60 ekor induk ayam kampung yang aktif bertelur setiap harinya.
Dari 60 ekor induk ayam kampung, saban hari, Hajrul Aswad mampu memanen sedikitnya 20 hingga 30 butir telur ayam kampung, untuk kebutuhan nutrisi keluarganya di tengah pandemi Covid-19, dan selebihnya dipasarkan ke sejumlah warung di Kota Langsa dan sekitarnya.
“Awalnya peternakan ini saya lakukan untuk kebutuhan nutrisi di tingkat keluarga saya sendiri. Ketika saya melihat peluang pasar telur ayam kampung sangat menjanjikan, maka saya mencoba mengubah suai perkarangan belakang rumah saya, menjadi perternakan ayam kampung semi intensif yang ramah lingkungan,” papar Hajrul.
Karana Hajrul hanya mempunyai lahan perkarangan yang sempit, maka dia hanya mampu membangun kandang dengan ukuran 3 x 6.5 meter. Kedatipun dengan kandang yang sangat kecil, dia mampu mengisi sedikitnya 60 ekor induk ayam kampung.
“Dari 60 ekor induk 5 ekor pejantan, setiap harinya saya mampu memanen sedikitnya, 20 sampai 30 butir telur ayam kampung per harinya, per butir telur ayam kampung saya jual ke pasar dengan harga Rp2500. Kali rata-rata 25 butir/ hari =Rp62.500/ hari, potong biaya pakan Rp30.000/hari. Saya memperoleh keuntungan lebih kurang Rp30.000/hari,” sebut ASN Dinas Pertanahan Kabupaten Aceh Timur itu.
Hajrul mengaku, investasi awalnya menghabiskan dana sekitar Rp6 juta rupiah untuk membangun sebuah kandang dengan berkontruksi kayu dan atap seng serta membeli bibit ayam kampung super. Untuk pakan ayam agar lebih murah, dia mengandalkan menir beras, dedak, dan sisa makanan rumah tangga, serta pakan tambahan palet.
“Dari campuran pakan berupa menir beras, dedak dan pakan tambahan setiap harinya saya membutuhkan biaya untuk pakan lebih kurang Rp30 ribu. Hasil penjualan terlur setiap harinya, yang pertama saya sisihkan untuk biaya pakan, selebihnya baru saya gunakan untuk kebutuhan rumah tangga,” paparnya.
Untuk menjaga agar lingkungan kandang tetap bersih, dan tidak menimbulkan bau menyengat dari kotoran ternak. Hajrul sangat rajin membersihkan kandangnya. Bahkan kandang ayam kampung Hajrul juga ada penerang lampu di malam harinya. Sekeliling kandang saat malam hari sang PNS itu juga menutup dinding kandang menggunakan terpal atau plastik hitam.
“Faktor utama beternak ayam kampung adalah menjaga kebersihan kandang, memasang tenda penutup agar ayam tidak terkena angin malam, dan menghilangkan nyamuk. Ini penting agar ayam jangan cepat terserang penyakit,” ketus Hajrul.
Selain itu, alas lantai kandang semen juga dilapisi dengan sekam, dan sekam tersebut diganti setiap sepekan sekali. “Alas kandang juga sangat penting dari kebersihan. Sekam yang telah bercampur dengan kotoran ternak itu saya kumpulkan dalam goni, kemudian dapat dijadikan sebagai pupuk bunga dan tanaman lainnya,” cerita Hajrul Aswad.
Saat disinggung tentang kendala usaha sampinganya di tengah pendemi seperti sekarang ini, Hajrul mengatakan, kendala di tengah pandemi, sangat terasa harga pakan naik dan tarif listrik naik. “Karena kandang saya menggunakan lampu di malam hari, beda dengan ternak tradisional dan hasilnya pun beda. Peternakan ayam kampung secara intensif bisa mendapatkan keuntungan dua kali lipat, hanya kendalanya di pakan yang mahal dan biaya selama ini,” ujarnya.
Hajrul di penghujung mengajak masyarakat untuk tidak ragu jika ingin memulai sebuah usaha. “Yakin dan percaya diri, bahwa kita juga bisa jangan pernah takut akan rugi, yang terpenting adalah fokus pada bidang usaha itu sendiri, yakinlah jika kita fokus, maka kita bisa menjadi seorang peternak yang handal dan mandiri,” tutup Hajrul Aswad, SE. (*)