Idi Rayeuk – Tenyata akses jalan antara Gampong Beusa Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur, menuju ibu kota Kabupaten Gayo Lues Blangkeujren via Lokop Serbajadi, saat ini sudah sangat mudah dilalului. Suasana perjalanan 5-6 jam kita akan mendapati pemandangan Taman Nasional Leuser yang hijau.
Meski beberapa kilo meter ruas jalan masih dalam kondisi rusak. Namun hijaunya pemandangan alam hutan Leuser dihiasi pemandangan sungai-sungai yang mengaliri airnya yang jernih. Dihiasi beriring pohon pinus menghinjau dipuncak pengunungan meniupkan udara sejuk yang membaluti sang surya, tak terasa telah memangkas waktu perjalanan kami dari Idi ke Blangkeujren.
Dua unit mobil double kabin dan satu unit kijang Inova yang digunakan rombongan Bupati Aceh Timur dan yang ditumpangi penulis telah memecahkan kabut debu ruas jalan yang sedang diperbaiki. Sebelumnya banyak cerita perjalanan orang-orang melintasi jalan itu yang sangat sulit, hingga harus menyebrangi sungai. Ternyata cerita tersebut adalah secuil cerita lama. Saat ini kokohnya jembatan-jembatan besi dan ratanya aspal hotmik telah memuluskan perjalan kami melintasi Taman Nasional Gunung Leuser itu.
Disepanjang perjalanan kita mendapati titik perluasan jalan, baik itu dikawasan Kabupaten Aceh Timur, maupun dalam wilayah Kabupaten Gayo Lues. Terlihat sudah keseriusan Pemerintah Provinsi Aceh membangun akses jalan lintas tersebut. Jika jalan akses ini mulus, maka tidak tertutup kemungkinan babak baru pergolakan ekonomi menguatkan sendi –sendi masyarakat pedalaman dua kabupaten ini.
Pasalnya jarak tempuh dua ibu kota kabupaten ini tidak terlalu berjauhan, hanya dengan jarak tempuh lebih kurang 200 Km, dengan waktu tempuh 4 sampai 5 jam, hubungan Aceh Timur dan Gayo Lues semakin maju di segala sektor. Dua kabupaten ini akan dapat bertukar komoditi. Dimana ikan hasil perikanan Aceh Timur akan dirasakan kesegarannya oleh masyarakat Gayo Lues, dan manisnya Kopi Gayo Lues akan dinikmati masyarakat Aceh Timur.
Akses jalan yang lebih baik juga menguntungkan kedua daerah ini, ketika masyarakat Gayo Lues hendak berpergian ke kabupaten /kota lainnya di pantai timur, akses Gampong Beusa- Lokop adalah satu-satunya akses paling cepat di masa akan datang. Begitu juga sebaliknya, seperti perjalanan rombongan Bupati Aceh Timur dua hari yang lalu datang ke Gayo Lues guna menyaksikan pertandingan Tim Sepak Bola PS Peureulak Raya dalam Liga Tiga Zona Aceh di Stadion Seribu Bukit Gayo Lues.
Kami bersama rombongan Bupati Aceh Timur, H. Hasballah. H. M. Thaib pada Kamis (13/9/2019) sekira pukul 10.30 pagi bertolak dari Ibu Kota Aceh Timur, Idi Rayeuk dan pada pukul 15.00 petang tiba di Kota Blangkeujren Gayo Lues. Bupati Aceh Timur dan rombongan tiba di Stadion Seribu Bukit setengah jam sebelum pertandingan Liga Tiga Zona Aceh dimulai, bahkan beliau sempat ngopi bareng dengan tokoh-tokoh Peureulak yang telah lebih awal sampai di sana.
Ketika pertandingan PS Peureulak Raya usai bertanding, Jam tangan telah menunjukkan pukul 18.00 malam, Bupati dan rombongan dari Peureulak kembali langsung beranjak pulang. Awalnya saya mengira Bupati dan rombongan akan menempuh perjalanan pulang lewat Bener Meriah, tenyata Bupati Rocky lebih memilih pulang melewati jalur yang sama.
Ketika kami hendak merajak dari Stadion Seribu Bukit. Namun tiba-tiba salah seorang pedagang kopi keliling langsung beranjak dari tempat duduknya dan menyapa Bupati dengan panggilan Bang Rocky. Sebungkus Kopi Gayo di tangannya, Ia menyerahkan kepada Bupati sambil berkata.“Bang ini oleh-oleh saya dari Gayo Lues. Saya Asli orang Tanoh Anoe Idi, ” kata Syawal kepada Bupati Rocky sambil meminta untuk di foto bersama.
Syawal, seorang pedagang kopi keliling di Kota Gayo Lues dengan nggunakan mobil Combi yang telah dimodif. Selama berlangsung pertandingan Liga Tiga Zona Aceh, Syawal sore harinya mangkal di depan Stadion Seribu Bukit Gayo Lues. Ia baru saja tiga bulan menetap di Gayo Lues, akuinya sebelumnya Ia pernah bekerja di Banda Aceh. Kepada Penulis Syawal mengatakan, Ia asli putra Dusun Amiruddin Desa tanoh Anoe Kecamatan Idi Rayeuk, saat ini Ia merantau mencari penghidupan di kota penghasil kopi itu. (*)