Aceh Timur – Krueng Tho adalah sebuah pulau yang terletak di pesisir Selat Malaka ujung barat Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Jika dilihat melalui udara Pulau Krueng Tho berbentuk segitiga dengan panorama pasir putih yang dikelilingi hutan mangrove nan hijau.
Secara administrasi Pulau Krueng Tho yang tidak berpenghuni itu, termasuk wilayah Desa Meunasah Asan, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Pulau ini terletak sekitar 90 KM arah barat Ibu Kota Kabupaten Aceh Timur, Idi Rayeuk, atau terletak pada kordinat 5°12’29.2″N 97°32’32.2″E.
Bila anda hendak jalan-jalan atau ingin menikmati suasana panorama di pulau itu, Anda harus menumpangi kapal motor dari pelabuhan Desa Menasah Asan, lalu Anda akan melintasi Sungai Madat selama 45 menit.
Meski pulau itu tidak berpenghuni, akan tetapi kemolekan hutan mangrove dari hempasan angin laut, di atas hamparan pantai berpasir putih juga menyelimuti primadona lahan pertanian Semangka nan subur dan telah lama dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana penigkatan ekonomi masyarakat Desa Meunasah Asan, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur.
“Saat ini ada satu kelompok tani semangka berangotakan 20 orang, binaan kita pihak Muspika Madat dan Pemerintah Desa Meunasah Asan yang saban tahunnya berhasil memanen puluhan ton semangka yang tumbuh subur di atas lahan berpasir di Pulau Krueng Tho tersebut,” kata Camat Madat Muchtaruddin, SE kepada freelinenews.com, Kamis (11/10/2019) malam.
Sambung Camat, kawasan peisir Pulau Krueng Tho, sangat cocok dijadikan sebagai lahan tanaman semangka, melon dan jenis palawija dan tanaman sayur lainnya. Namun karena transportasi yang kurang memadai, sehingga lahan pertanian yang subur dan kecukupan unsur hara di pulau itu, sedikit digunakan oleh para petani.
“Biaya pertanian tidak tergolong tinggi, akan tetapi untuk mengangkut hasil panen melalui transportasi sungai membutuhkan biaya bersar,” kata Camat Madat.
Camat Muchtaruddin, mengakui setelah beberapa kali, Ia menikmati semangka hasil panen petani di Pulau Krueng Tho, Ia mulai ketagiahan menikmati semangka. “Pasalnya semangka dari Pulau Krueng Tho memiliki rasa yang lebih manis dari semangka yang tumbuh di lahan daratan atau perkampungan,” papar Muchtaruddin.
Sambungnya, kelompok tani semangka Pulau Krueng Tho, sudah sejak lama mengerjakan lebih kurang 10 hektar lahan pertanian semangka dengan cara tradisional dan manual. “Maksudnya, para petani semangka di pulau itu mengerjakan lahan pertanian mereka tidak menggunakan mesin teknologi, seperti traktor, pompa air listrik, karena di pulau itu tidak mempunyai listrik, dan sarana transportasi yang memadai,” ujar Muchtaruddin.
Para petani semangka disana, mengharapkan adanya bantuan lampu penerangan bertenaga surya dan mesin pompa air sebagai sarana untuk penyiraman lahan pertanian semangka mereka di pulau itu. “Persoalan itu disampaikan para masyarakat petani semangka kepada kita dari Pemerintah Kecamatan Madat,” jelas Muchtaruddin.
Sembari meninjau lokasi pertanian semangka di Pulau Krueng Tho, Muchtaruddin juga mengajak masyarakat daerah itu untuk terus melestarikan hutan mangrove yang tumbuh subur di sepanjang pantai pulau.
“Hutan Mangrove di pulau tersebut merupakan salah satu kawasan hutan mangrove yang dilindungi di Kabupaten Aceh Timur. Untuk itu masyarakat petani dan para pengunjung penikmat pantai ke pulau Pulau Krueng Tho dan sekitarnya, dilarang keras merusak hutan mangrove,” pungkas Camat Madat.(Ilyas Ismail)