FREELINENEWS.COM | Aceh Timur – Ketika penulis bersama keluarga menikmati suasana pantai Rawamas, Bagok, pada Minggu (23/08/2020) pagi, tiba-tiba ponsel penulis berdering, ternyata yang menelpon adalah sahabat dekat penulis bernama TA (51) yang mengabarkan bahwa dirinya telah dinyatakan positif Covid-19.
Kisahnya, Ia pertama diambil swab pada Senin (17/08/2020) tepatnya 8.30 pagi, saat hendak masuk kerja. Dua hari kemudian pada Rabu (19/08/2020) dirinya dinyatakan positif setelah hasil tes swab keluar. Sejak hari itu juga, Ia harus menjalani isolasi mandiri sesuai dengan protokoler Covid- 19 yang telah ditetapkan Pemerintah.
Meski tempat TA bekerja menawarkan dirinya untuk isolasi ditempat khusus yang telah disediakan dengan fasilitas yang telah lengkap. Namun TA menolak, dan memilih isolasi mandiri di gubuk tambaknya sendiri.
TA sangat beralasan memilih isolasi mandiri di gubuk tambaknya, karena seraya menjalani isolasi, Ia juga punya kesempatan untuk bekerja mengurusi tanggul tambaknya yang selama ini mengalami jebol.
“Saya memilih isolasi mandiri ditambak saya sendiri sangat beralasan, yang pertama saya jauh dari lingkungan keramaian, yang kedua di gubuk tambak saya tidak ada orang lain, hanya saya sendirian, dan saya juga jauh dari keluarga,” papar TA kepada penulis via obrolan telpon.
TA mengaku, sebelum dirinya diswab, Ia tidak mengetahui jika dirinya positif Corona, karena sebelumnya, hingga telah menjalani isolasi selama lebih kurang delapan hari di tambak, Ia mengaku tidak merasakan gejala apapun yang timbul, seperti batuk kering, deman, pilek, hilang penciuman dan gejala lainnya.
“Alhamdulillah, hingga hari ini setelah lebih kurang delapan hari saya menjalani isolasi mandiri, saya tidak merasakan gejala apapun. Dan saya masih kuat bekerja, hingga tangan saya memerah, akibat dari setiap hari mengangkat tanah menimbun tanggul tambak,” kisah TA.
Sambung TA, selama Ia berada dalam isolasi mandiri, Ia melarang siapa saja yang melitasi kawasan tambaknya, dengan mengatakan dari jauh “Jangan kesini saya Isolasi Corona,” ketus teman saya itu seraya tertawa yang terdengar lewat ponsel.
Untuk memudahkan TA mendapatkan antaran makanan, TA juga memilih salah satu pohon sebagai tempat penitipan makanan kepadanya yang diantar keluarga atau temannya yang lain. Pohon tersebut berjarak lebih kurang 50 meter dari gubuk tambak tempat dirinya tinggal.
“Setiap hari, pengantar makanan seperti nasi bungkus, air mineral botol, buah-buahan, dan makanan lainnya digantung dipohon yang telah saya tentukan. Sehingga saya tidak ada kontak dengan pengantar makanan tersebut. Bahkan dua hari lalu, Tim Muspika, Kepala Desa dan pihak Puskesmas datang menjenguk. Saya terlebih dahulu mengatakan kepada mereka untuk tetap menjaga jarak, jangan dekat-dekat, karena saya positif Corona,” kisah TA, kepada penulis.
Meski TA telah dinyatakan positif Covid- 19 dan sedang menjalani isolasi mandiri tanmpa gejala, namun beliau tidak menafikan bahwa virus corona itu ada. TA mengaku bahwa Ia adalah pasien positif Covid-19 yang Berpositif thinking. Ikuti kisah TA (51) sahabat penulis positif Covid-19 di Aceh Timur pada part selanjutnya.
Bersambung ke Part II……………..