FREELINE NEWS – Banyak caleg saat ini kebingungan mencari dana sebagai biaya kampanye, bahkan ada caleg yang rela menggadaikan tanah, atau menjual kendaraannya untuk biaya prosesi menuju kursi legislatif. Lain halnya yang dilakukan Mantan DPR Aceh Tgk Muhammad Hamdani Bin Makam Al Bajabir, SSc, atau yang akrab disapa Abi Ana, untuk mendapatkan kendaraan konvoi kampanye damai dalam Kota Banda Aceh, Abi Ana mengutang ongkos 10 unit taksi untuk mengangkut massa kampanye pada Pemilu 1999 silam.
“Saya mempunyai kelebihan dalam bicara, sehingga banyak sopir taksi Cempala di Kota Banda Aceh, tertarik apa yang saya omongin, mereka berani dan rela mengutangkan ongkos taksi untuk mengangkut massa kampanye saya kala itu. Saya mengatakan kepada 10 sopir taksi, jika saya lewat menjadi anggota DPR Aceh, akan saya lunasi ongkos taksi mereka,” kisah Abi Ana kepada penulis, baru-baru ini.
BACA : Pengalaman Politik Mantan DPR Aceh Abi Ana (Bagian 1)
Meski dirinya bergaya acak-acakan dan berpakaian yang sederhana kala itu, namun mereka sopir taksi percaya sepenuhnya dan sangat optimis bahwa dirinya akan menjadi wakil rakyat Aceh dari Partai PPI Masyumi.
“Biaya ongkos taksi kala itu sebesar lebih kurang Rp150 ribu/ unit. Jika saya tidak terpilih sebagai anggota legislatif pada pemilu 1999 itu, saya terpaksa ambil passpor lari ke luar negeri, karena tak sanggup bayar hutang untuk biaya kampanye,” kisah Abi Ana seraya ketawa lebar.
Kala itu, kata Abi Ana, Teksi Cempala merupakan salah satu angkutan mewah di Kota Banda Aceh, jarang ada caleg yang berani konvoi kampanye damai menggunakan taksi. Meski Abi Ana tidak punya uang, namun cara kampanye beliau dilakukannya dengan sungguh-sungguh.
“Saya juga membuat copian selawat nabi dalam bahasa Aceh kemudian saya bagikan kepada masyarakat, cara-cara yang tidak dilakukan oleh Caleg dari partai lain kala itu, saya lakukan,” paparya.
BACA : Kunjungi Makam Nabi Muhammad, Bocoh 6 Tahun Digorok Leher Pakai Kaca
Alhamdulillah berkat kesungguhannya, Abi Ana berhasil meraih satu kursi patah dari Partai PII Masyumi untuk DPR Aceh periode 1999-2004 dengan jumlah suara mencapai 13000 suara. “Seluruh Indonesia hanya saya satu orang dari Partai Masyumi yang berhasil duduk di kursi dewan tingkat provinsi, yang lainnya hanya tingkat DPRD saja,” kata ayah enam anak itu.
Abi Ana merupakan salah satu anggota DPR Aceh periode itu yang sangat vokal menyuarakan kepentingan rakyat Aceh. Beliau berkesempatan bersama dewan lainnya dalam Fraksi Aliansi Reformasi, yang diketuai oleh Drs. H. M. Daud Mansur (PBB), wakil ketua H. M. Djamil (PKP), Sekretaris Fraksi Hamdani Hamid (PBB), Anggota Yubahar Zaini (PDR), Drs. Zaini Z Alwy, (PUI), Drs. H.M. Salim T.U (PKU), Drs. H. Thamrin Z (PNU), Drs. T Gadong (PAY), Afdhal Yasin (PKB), Tgk. M Hamdani Bin Makam Al Bajbir, S.Sc (PPII-Masyumi), Drs. M. Nasir Djamil (PK) dan Cut Nurimah Hasan (PP).
Berbicara kepentingan rakyat di parlemen Aceh merupakan rutinitas Abi Ana dan teman-teman DPR lainnya. “Bahkan hari pertama setelah saya di lantik, saya dengan tegas meminta Pemerintah Indonesia untuk mengembalikan Kodam Iskandar Muda ke Aceh,” ujar politikus Partai PII Masyumi itu.
Kala itu, dirinya sering mendapat kesempatan menjadi narasumber kalangan wartawan media-media cetak terkemuka di Aceh. “Kami selalu menyampaikan gagasan pro rakyat kepada pihak legislatif. Karena selalu berbicara vokal, saya sempat dicurigai sebagai GAM berdasi,” kisah Abi Ana.
Tidak ada rasa takut yang bersarang dalam diri Abi Ana untuk menyuarakan aspirasi rakyat di meja parlemen saat itu, bukan hanya sekedar bicara keras, bahkan uang gaji Abi Ana setiap bulannya habis untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
“Selama lima tahun saya menjadi anggota parlemen Provinsi Aceh, tidak ada harta yang yang saya kumpulkan. Hari ini saya sebagai mantan DPR Aceh bekerja sebagai penjual herbal teh gaharu dan Tropicana Slim Stevia, pemanis untuk penderita diabetes. Produk ini berasal dari Malaysia,” ujar Abi Ana.
Aktivitas Abi Ana hari ini adalah selain pengurus yayasan, beliau juga sering bolak-balik negara jiran Malaysia berdagang herbal. Pria yang fasih berbahasa Inggris, dan berparas India itu, saat ini menetap di Desa Beusa Beurano Kecamatan Peureulak Barat Aceh Timur.
“Rumah saya gampang dicari, lihat saja yang banyak terpasang spanduk di pagar, persisnya di pinggir jalan Banda Aceh- Medan, kawasan Peureulak Barat Aceh Timur,” pungkas Abi Ana, kepada penulis. (Tamat)