FREELINENEWS.COM – Sejak lima tahun terakhir Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Kabupaten Aceh Timur dilaporkan vakum, akibatnya Aceh Timur sering terjadi krisis darah. Selain itu disinyalir juga peralatan transfusi darah milik lembaga kemanusian itu tidak dapat digunakan lagi, karena sudah lama terbengkali.
“Tugas PMI adalah membantu menyediakan stok darah dan kegiatan kemanusian lainnya. Namun akibat lembaga tersebut selama ini vakum, maka salah satu kendala yang dirasakan adalah sering krisis darah di Aceh Timur, ” ujar Tokoh Masyarakat Aceh Timur, Rahmat Hidayat kepada Freelinenews, Rabu (13/2).
Krisis darah terjadi karena penyedian darah hanya tersedia di Unit Transfusi Darah (UTD) RS Dr Zubir Mahmud Idi. Ini satu-satunya unit tranfusi darah yang aktif di wilayah ini,” ungkap Rahmat.
BACA : Ini Dia Data Real 24 Nelayan Aceh Timur Kembali Ditangkap di Myanmar
Kata Rahmat, PMI Aceh Timur sudah tidak aktif sejak 2014 lalu. Dan sejak itu pula, kantornya di Desa Alue Bu Kec. Peureulak Barat. Informasi yang diperoleh pihaknya akibat tidak berjalannya roda PMI, maka sejumlah barang inventaris, termasuk alat-alat unit tranfusi darah, kita duga tidak bisa dimanfaatkan lagi karena rusak akibat lama dibiarkan terbengkalai.
Sementara itu, pemerhati masalah pembangunan dan sosial Aceh Timur, Ilyas Ismail menambahkan, selain roda organisasinya koma, sejumlah aset penting PMI Aceh Timur, yang nilainya ditaksir mencapai milyaran rupiah juga tidak diketahui jelas rimbanya.
“Aset PMI harus diperjelas dimana keberadaannya termasuk satu unit alat berat jenis eskavator atau beko dan beberapa unit ambulance,” ujar Ilyas Ismail.
“Kedepan, kita mengharapkan PMI Aceh Timur dapat difungsikan kembali seperti dulu, dan harapan kita kedepan organisasi PMI benar-benar berfungsi dan bermanfaat untuk masyarakat, Aceh Timur dan sekitarnya,” pungkas Ilyas Ismail.
Krisis Darah di UTD RS dr Zubir Mahmud
Kepala UTD RS Dr Zubir Mahmud Idi, dr. Laily, kepada Freelinenews membenarkan Aceh Timur selama ini sering krisis darah. Salah satu pemicunya lantaran Aceh Timur hanya memiliki satu Unit Transfusi Darah (UTD) sementara rumah sakit diwilayah ini ada tiga unit, yakni RSUD dr. Zubir Mahmud, RSU Graha Bunda (Swasta) dan RSUD Sulthan Alaidin Syah Peureulak.
“Meski selama ini, pihak kita rutin menggelar donor darah di lokasi berbeda dan rata-rata berhasil mengumpulkan puluhan kantong darah. Akan tetapi kebutuhan darah untuk tiga rumah sakit di daerah ini tidak mencukupi,” papar dr. Laily.
Lanjut Laily, agar kebutuhan darah terpenuhi, maka sebagian masyarakat yang membutuhkan darah terpaksa diarahkan pihaknya untuk mengambil ke PMI Kota Langsa.
“Hal ini kurang efektif dan terkendala, karena jarak Kota Langsa dengan Idi mencapai 70 km. Apalagi darah yang dibutuhkan itu untuk menangani keperluan pasien emergency atau darurat,” pungkas dr. Laily.(*)