Sejak Pemilu 2009 hingga menjelang Pemilu 2024, selama 15 tahun Abdussalam atau sering disapa dengan panggilan Bang Atom (73), warga Dusun Pendidikan, Desa Teupin Pukat, Kecamatan Nurussalam, Kabupaten Aceh Timur, bersama kelurganya masih mendiami rumah gelap dan lembap.
Tersingkap kisah sedih Abdussalam dan keluarga mendiami rumah gelap tak berlistrik itu, ketika Abdussalam menyaksikan acara debat Capres putaran 5 di salah satu warung kopi di desa setempat, Minggu (04/02/2024) malam .
Saat jeda iklan, penulis sempat menanyakan kepada Abdussalam, “kenapa Bang Abdussalam tidak meneyaksikan debat capres bersama keluarga di rumah,” tanya penulis.
Abdussalam menjawab,” Bagaimana saya sakasikan debat capres di rumah, di rumah saya tidak tidak ada listrik, apalagi televisi,” jawab Abdussalam tulus.
Masya Allah, penulis sendiri yang satu desa dengan Bapak Abdussalam, tidak tahu kalau selama ini, pria tua yang berprofesi sebagai buruh nelayan itu sudah sekian lama mendiami rumah dengan penerangan ‘Panyoet Ciloet’ (lampu minyak tanah).
Lihat Gambar dan video di bawah ini: Panyoet Ciloet terbuat dari botol obat syrup dan bekas kaleng susu, sebagai lampu penerang ruangan rumah Abdussalam dan keluarga.
Malam indah Abdussalam bersama istri tercintanya Sumiati (37) dan putranya yang berusia 5 tahun, selalu dihiasi penerangan dua ‘pany0et ciloet’ yang ditempatkan dibagian dapur rumahnya dan satu lagi diruang tamu.
Kepada penulis mengaku, penghasilannya yang pas-pasan sebagai pencari sipot dondong (Aceh) atau keong cum-cum di kawasan hutan bakau pesisir Aceh Timur.
Abdusalam membutuhkan perjuangan berat dalam meniti pekerjaannya, Ia dengan menggunakan sepeda motor butut bersama istri nya terapaksa keliling pesisir kawasan bakau Aceh Timur saban hari untuk mencari kong cum-cum. Miris tatkala Ia harus menempuh perjalanan dari Bagok hingga ke pesisir Peureulak lebih kurang 40 Km mencari keong cum-cum untuk dijual ke pasar Idi, Ibu Kota Kabupaten Aceh Timur.
Keong cum-cum yang dikutip di kawasan hutan bakau dan area bantaran sungai, kemudian dikupas dan dagingnya dijual ke pasar. “ Setiap hari kami memperoleh penghasilan sebesar Rp 50.000, cukup untuk kebutuhan hari-hari,” kisah Abdussalam kepada penulis saat berkunjung ke rumahnya.
Pria yang ramah dan murah senyum itu, bukan saja mendiami rumah tidak layak huni berukuran 6×4 meter, mirisnya lagi ranjang tempat tidur bersama keluarganya hanya dilapisi selembar kasur paleng yang kusut.
Tidak terlihat paralatan mewah di dalam rumahnya, malah Sumiati siap menanak nasi dengan didapur rumah seadanya. Ruang tamu dan kamar Abdussalam masih berlantai tanah yang kondisinya sangat lebab.
Dirumah tersebut, Abdussalam masih terlihat dengan penuh semangat merajut kehidupan Indah bersama keluarganya ditengah hiruk pikuk kampanye menjelang Pemilu 2024. Semoga kisah sedih Abdussalam dapat segera berakhir menjelang Pemilu 2024 ini.
Saat disinggung penulis, apakah selama ini Abdussalam mendapat bantuan dari Pemerintah. Ia tidak menafikan, selama ini Abdussalam tercatat sebagai penerima BLT dari Dana Desa (DD) setempat, dan dalam dua hari ini, Ia juga berkata mendapat bantuan beras dari Pemerintah.
“Saya juga sangat pingin punya lampu listrik (PLN), agar rumah saya terang dan anak saya yang masih kecil ini, saat malam harinya dapat belajar iqrak. Semoga putra saya ini menjadi anak yang pintar dan bisa berbakti untuk nusa dan bangsa ini,”demikian papar Abdussalam kepada media ini. []