Paya Nie Sumber Ekonomi Lokal
Selain berfungsi sebagai daerah resapan air dan Daerah Irigasi, Paya Nie juga menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat lokal, dimana masyarakat setempat menggunakan alat penangkapan ikan tradisional (Jala, Bubu, Pancing, dan Jaring) untuk menangkap ragam jenis ikan air tawar yang telah berkebang sejak nenek moyang kita dulu dilahan basah Paya Nie.
Ragam jenis ikan air tawar yang hidup dan berkembang biak di Paya Nie meliputi ikan Gabus, ikan Betok, Lele, Ikan Mas, Ikan Mujair, Ikan Sepat, dan Ikan Sidat.
“Terbiasa sejak dahulu, ketika bulan Oktober, November dan Desember (Musim Keunong Sa– Aceh) tiba, Paya Nie menjadi lahan tempat warga menangkap berbagai jenis ikan air tawar. Pada musim Keunoeng Sa, ikan Sepat dan Sidat keluar dari persembunyiaannya. Karena musim tersebut debit air meningkat karena curah hujan yang tinggi.” ujar Abdul Halim.
Paya Nie Rumah Idaman Burung Air (Water Bird)
Selain itu, Paya Nie merupakan habitat bagi ratusan burung air baik burung migran. Hasil obervasi di lapangan, Paya Nie menjadi rumah bagi spesies Pelikan, Pecuk, Kuntul dan Cangak, Bangau, Pelatuk, jenis Angsa, dan kelompok burung Mandar. Paya Nie salah satu rawa gambut atau lahan basah, sejak dahulu telah menjadi salah satu loaksi yang paling banyak disinggahi habitat burung air.
Paya Nie Menyimpan Biodiversity
Paya Nie juga menyimpan vegetasi yang kian langka seperti Kantong Semar, dan Teratai. Dua vegetasi ini terus menyusut seiring berubahnya fungsi kawasan rawa gambut menjadi rawa kering.
Semoga saja, seluruh elemen masyarakat Aceh masih dapat melestarikan Lahan Basah yang telah Allah anugerahkan di tanah Serambi Mekkah ini. Sehingga Paya Nie menjadi lahan basah yang mewariskan sejuta keanekaragaman hayati, dan dapat mengurangi resiko bencana dan perubahan iklim. (*)