Meski perjalanan pertambangan minyak di Kabupaten Aceh Timur sudah dimulai sejak penjajahan Balanda di Ranto Peureulak, namun konflik Aceh yang berkecamuk selama puluhan tahun telah membuat kemerosotan terhadap geliat peratmabangan Migas di Aceh.
Sumur-sumur minyak peninggalan Belanda di Aceh Timur khususnya sebelum konflik Aceh berkecamuk sempat di operasikan oleh PT Asamera LTD sejak tahun 1961. Namun seiring ganansnya konflik Aceh berlangsung puluhan tahun telaga-telaga minyak mulai ditutupi semak.
Hanya sebentar saja dari tangan PT. Asamera Ltd, sumur minyak dikawasan Ranto Peureulak diambil alih oleh Conoco Philip perusahaan minyak asal Kanada, selanjutnya kawasan kaya minyak bumi itu atau kawasan Pertamina tersebut, terakhir kali di eskplotasi oleh PT. Pasific Oil & Gas (POG).
Seperti dilansir BPMA.go.id. Kemudian sumur minyak dan gas di Aceh Timur dinamakan Blok A Aceh Timur. Blok A tersebut dikelola oleh PT Medco E&P Malaka yang merupakan Perusahaan Minyak dan Gas pertama yang berhasil mengembangkan gas di Blok A, Aceh Timur pasca perdamaian Aceh. Lebih dari 450 BCF cadangan gas dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan industri pupuk di Aceh dan industri lainnya di Sumatera Utara.
Tulis BPMA, secara historis kegiatan eksplorasi di Blok A dilakukan sejak zaman Belanda dan sejak Kemerdekaan dikuasai oleh PERTAMINA & Asamera Oil Ltd. Pada tahun 1999-2006 blok ini dikelola oleh Exxon Mobil dan Conoco Phillips, dan pada April 2006, PT Medco E&P Malaka bersama partner (Premier & Japex) mengakuisisi kepemilikan saham ConocoPhillips di Blok A hingga selesai kontrak pada September 2011.
Pada Februari 2011, PT Medco E&P Malaka mendapatkan perpanjangan kontrak 20 tahun hingga September 2031. Pada saat ini komposisi kepemilikan Blok A, 85 % oleh PT Medco E&P Malaka dan 15% oleh PT Medco Daya Energi Nusantara.
Blok A adalah lapangan migas yang memiliki cadangan gas lebih dari 450 BCF. Medco E&P Malaka melakukan pengembangan sumur-sumur gas di lapangan-lapangan blok tersebut, seperti lapangan Alur Siwah, Alur Rambong dan Julu Rayeuk.
Gas dari sumur-sumur tersebut kemudian diolah di fasilitas Central Processing Plant (CPP) Alur Siwah, kemudian disalurkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik. Diantaranya, potensi gas yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik.
Selengkapnya tentang Blok A anda bisa Baca klik link di bawah ini :
Hasil pantauan penulis, tidak ada perusahaan Migas seberani Medco E & P Malaka beroperasi di Aceh pasca konflik. Dengan segala tantangan Medco E & P Malaka terus mengepak sayapnya beroperasi di Blok guna membangkitkan ekonomi Aceh pasca konflik.
Penulis mengacung jempol dan apresiasi terhadap PT. Medco Energy, yang berani mengambil resiko mengembangkan lapangan Blok A. Kita masyarakat Aceh Timur layak mengucapkan terima kasih kepada perusahaan Migas Nasional ini. []