FREELINENEWS.COM | SEJARAH – Kerajaan Islam Peureulak merupakan Kerajaan Islam tertua di Kepulauan Nusantara, hal itu dibuktikan oleh data-data yang dikumpulkan oleh ahli Sejarah seperti mata uang.
Seperti ditulis oleh Prof Ali Hasymy, bahwa ahli sejarah awalnya berpendapat bahwa mata uang tertua di Nusantara adalah mata uang yang dibuat Kerajaan Islam Samudera Pasai yang bernama dirham (emas), Kupang (perak) dan Keuh (timah).
Namun, setelah ditemukan mata uang Kerajaan Islam Peureulak sejarah menjadi berobah. Mata Uang Kerajaan Islam Peureulak menjadi mata uang tertua di Kepulauan Nusantara sebelum ditemukan data sejarah yang lebih tua lainnya.
Dalam perjalanan penelitian Prof Ali Hasymy yang diberi nama “Safari Telaga Emas,” beliau mengisahakan dalam bukunya berjudul “Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara.” Dalam penelitiannya ke Pedalaman Peureulak, Prof Ali Hasymy dapat melihat tiga macam mata uang asli Kerajaan Islam Peureulak.
Mata uang emas “Dirham” ditemukan oleh seorang wanita Ruhani istri Zakria di Gampong Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak, lebih kurang 150 meter dari lakasi Bandar Khalifah.
Tulisan pada mata uang tersebut kurang jelas karena telah lama tertimbun tanah. Rohani menemukan mata uang Dirham itu waktu dia sedang menggali lubang menanam pohon pisang. Tulis Pro Ali Hasymy dalam bukunya.
Pada sisi mata uang tersebut tertulis huruf Arab kata-kata mirip dengan “Al A’la” dan di sisi lain terdapat tulisan yang dapat dibaca “Sulthan”.
Prof Ali Hasyimy, berpendapat yang dimaksud dengan Al A’la pada mata uang tersebut adalah Putroe Nurul A’la yang menjadi perdana mentri pada masa Pemerintahan Sulthan Makhdum Alaidin Ahmad Syah Jauhan Berdaulat 501-527 H (1108-1134 M).
Mata uang lainnya dari Kerajaan Islam Peureulak adalah “Kupang” yang terbuat dari perak. Mata uang ini ditemukan oleh seorang anak yang bernama Mahmud saat mencangkul ladangnya di daerah Gampong sarah Pineung Blang Simpo, Peureulak.
Dalam buku Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia tersebut menjelaskan, pada sisi mata uang tersebut tertulis “dhuribat mursyidan” dan di sisi yang lain tertulis “Syah Alam Barinsyah”.
Yang dimanksud dengan “Syah Alam Barinsyah” pada mata uang terebut adalah Putri Mahkota dari Sulthan Makhdum Alaidin Abdul Jalil Syah Jauhan Berdaulat memerintah pada tahun 592-622 H (1196-125 M).
Selanjutnya mata uang tembaga (kuningan) yang ditemukan oleh masyarakat di daerah lokasi Bandar Khalifah bekas ibu kota Kerajaan Islam Peureulak. “Mata uang tersebut diperlihatkan kepada saya oleh sdr. M. Arifin Ahmad, ketua Tim Sejarah Aceh Timur. Pada sisi mata uang tersebut bertulisan Arab,” tulis Alrm Prof. Ali Hasymimy dalam bukunya.
Menurut Alrm Prof Ali Hasymy dalam bukunya “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia” dari penemuan tiga mata uang tersebut, dapat disimpulkan bahwa mata uang tertua di Kepulauan Nunsantara adalah mata uang yang dibuat oleh Kerajaan Islam Peureulak.
Dengan data penemuan mata tiga mata uang tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Islam Peureulak adalah sebuah Kerajaan Islam yang telah maju sejak awal. Oleh karena itu, kita sebagai orang Aceh umumnya dan Aceh Timur khusunya harus punya kemauan untuk memugar situs sejarah Kerajaan Islam Peureulak menjadi tamadun dunia. []
Sumber : Buku ““Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia” oleh Prof. A. Hasymy.