[dropcap]S[/dropcap]ales yang umum kita kenal adalah istilah yang digunakan untuk kegiatan penjualan barang ataupun jasa. Biasanya, perusahaan punya itu. Salesman diberi tanggung jawab untuk penjualan. Maka ia harus mampu memetakan area, menguasai produk yang ia jual dan target pelanggan yang dituju.
Tanpa bermaksud mempersamakan, beberapa lembaga pendidikan yang berbasis agama di sekitar kita, sepertinya, mulai mengadopsi sistem ini, mengirimkan orang-orang untuk melakukan ibadah keliling dengan menawarkan produk. Tapi produknya seperti benda abstraks yaitu “pahala” sebagai imbalan yang akan didapatkan oleh pelanggan.
Sales harus mampu meyakinkan pelanggan, sebagaimana menunjukkan bukti-bukti surat keterangan dan foto-foto kegiatan dengan legitimasi stempel berwarna. Pada level tertentu pola komunikasi dalam penyampaian keunggulan produk, Sales menggunakan teknik modern seperti menggunakan alat pengeras suara untuk manarik perhatian.
Kita semua harus mengakui, bahwa ketika nongkrong di warung-warung, kita acap mendapatkan sodoran amplop atau media lainnya yang dimaksudkan untuk mendapatkan sedikit perhatian kita untuk sumbangan/bantuan, baik untuk maupun lembaga.
Fenomena ini semakin “padat”. Setiap orang tentu mempunyai pandangan berbeda dalam menilai kondisi ini. Sejatinya ini bisa mendorong kita untuk melakukan amal kebaikan sambil duduk-duduk, namun kita juga tidak boleh menutup mata terhadap kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin lebih banyak mudharatnya.