Sambungnya, jika ada kondisi yang tidak dapat dikendali oleh sistem kilang, maka dampak yang pertama dan paling besar dirasakan oleh pekerja di dalam CPP. Tambah Susanto, bahwa sistem di CPP sangat sempurna, jika permasalahan terjadi maka ada tombol yang dapat memperkecil atau menutup secara otomatis suplay gas dari sumur ke CPP.
Pada paparanya, General Manager PT. Medco E&P Malaka Susanto juga menanggapi permintaan tokoh masyarakat lingkar tambang tetang Emergency Response Plan (ERP) terstruktur untuk menghadapi kondisi darurat di lingkar tambang.
“ERP tersebut akan kita tindaklanjuti sebagaimana yang disampaikan sudara Muhammad Nuraki. Selain itu Perusahaan juga tengah bekerja sama dengan instansi terkait sedang memotret potensi untuk merancang program pemberdayaan masyarakat berdasarkan kebutuhan saat ini. Untuk itu, kita berharap dukungan semua pihak agar Medco E&P yang dipercaya Pemerintah untuk mengelola Blok A dapat terus berkontribusi bagi daerah.” pungkas General Manager Medco E&P Malaka Susanto.
Akhirya Ketua Komisi A DPRK Aceh Timur, Irwanda menutup raat tersebut dengan kesimpulan, bahwa TIM IPB telah mengatakan paparan bau masih diambang batas dan tidak menganggu kesehatan untuk saat ini.
“Sementara pihak perusahaan siap untuk mengurangi jumlah produksi, sebagai upaya antisipasi persoalan ini, bahkan jika kondisi telah menjadi darurat maka pihak perusahaan siap melakukan penutupan aliran gas. Sedangkan BPMA sendiri juga mengaku berkomitmen untuk mengawal agar perusahaan dapat mengatasi persoalan bau agar tidak terjadi lagi,” pungkas Irwanda. (*)