Aceh Timur – Semburan minyak mentah yang telah berlangsung setahun terkahir di duga bekas offshore drilling di lepas pantai Kuala Idi, Aceh Timur, meresahkan para nelayan di daerah tersebut. Pasalnya akibat semburan minyak mentah yang mengapug di kawasan tersebut lengket di jaring dan pukat warga seperti oli kotor dan menimbulkan bau menyengat.
Semburan dari dasar laut Selat Malaka itu, diperkirakan lebih kurang 24 mil lepas pantai Kuala Idi, dengan kedalaman mencapai lebih kurang 75 meter.
Panglima Laot Lhok Idi, Abdul Bakri atau yang akrap disapa Pawang Ki, kepada freelinenews.com, Minggu (19/07/2020) siang, membenarkan, bahwa pihaknya telah lama menerima laporan masyarakat nelayan Kuala Idi, terkait adanya semburan minyak mentah di kawasan tersebut,” kata Pawang Ki.
Sebutnya, semburan minyak mentah di lokasi bekas rig yang sering disebut masyarakat nelayan kawasan “Borring Dajue” itu, sangat menganggu aktifitas nelayan yang menangkap ikan di kawasan tersebut.
Lihat Kordinat Semburan dibawah ini :
“Minyak mentah yang mengapung di laut kawasan itu bentuknya persis aspal dan melekat di pukat atau jaring nelayan. Selain itu, semburan minyak tersebut kita khawatirkan dapat mencemarkan lingkungan laut dan merusak ekosistim laut,” papar Pawang Ki.
Terkait persolan itu, pihaknya selaku Panglima Laot Lhok Idi, telah melaporkankan temuan tersebut ke pihak UPTD Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Idi, dan Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Aceh Timur, untuk ditindaklanjuti,” ketus Panglima Laot Lhok Idi.
Harapannya, persoalan semburan minyak mentah yang diperkirakan bekas rig itu, dapat segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait, karena ini persoalan nelayan dan pencemaran laut yang harus segera diatasi oleh pihak Pemerintah.
“Disekitaran kawasan Borring Dajuei, tersebut banyak tuasan nelayan, jika hal ini terus dibiarkan, maka tidak tertutup kemungkinan habitat laut akan menghilang, dan hal iniakan memberi efek buruj terhadap penurunan hasil tangkapan nelayan,” pungkas Panglima Ki. (*)