FREELINENEWS – Siang Selasa (26/3) ditengah cuaca panas diseputaran Idi, setelah saya penat keliling pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Timur, lalu saya menelpon salah seorang teman pegawai Dinas Keuangan setempat menanyakan keberadaannya. Eh rupanya teman saya itu bersama Zulfan alias Pak Tani sedang berkunjung ke lokasi peternakan kambing Peranakan Etawa (PE) milik Khairi (30) warga Desa Teupin Jareng Kecamatan Idi Rayeuk.
Melalui sambungan telpon teman saya itu mengarahkan saya untuk datang ke peternakan tersebut. Setelah saya telusuri lorong-lorong kawasan perumahan tsunami yang dibangun pasca tsunami Aceh beberapa tahun silam, di sana terselip sebuah rumah tsunami yang di temapati Khairi bersama keluarganya.
Khairi memanfaatkan perkarangan rumahnya untuk usaha peternakan kambing PE sebagai lapangan kerjanya sebagai mata pencarian penompang nafkah keluarganya. Menurut Khairi peternakan kambing PE dengan pola pakan permentasi merupakan prospek yang menguntungkan seakrang dan masa akan datang.
Meski Khairi pernah jatuh bangun dalam menghidupkan usahanya itu. Namun ayah dua anak ini tak pernah patah semangat untuk terus bekarya demi dua sibuah hatinya. “Sebelumnya saya sempat rugi sekitar Rp 15 juta, ketika saya beternak kambing PE secara tradional. Tetapi rugi yang saya dapatkan itu menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi saya untuk terus berusaha di sektor peternakan kambing PE ini,” kisah Khairi kepada penulis.
Bangkit dari keterpurukan dan belajar dari pengalaman yang lalu, Khairi mencoba untuk beternak dengan cara intensif, dan mengunakan pakan dari hasil permentasi. “Alhamdulillah, dengan cara ini yang telah saya lakoni selama 3 bulan setengah ini, saya mulai terlihat celah potensi peternakan yang menguntungkan,” papar Khairi.
Meski saat ini Khairi mempunyai 14 ekor kambing PE, akan tetapi selama Ia melakukan pola peternakan intensif dengan menggunakan pakan permentasi dari bahan ampas sayur yang diperoleh dari pasar Idi, ampas tahu dan rumput yang ditanamnya, Ia mengaku peternakan yang digelutinya mempunyai prospek yang menguntungkan sepanjang tahun.
“Insya Allah jika kita kerjakan dengan tekun, dan mampu menjaga situasi kandang yang bersih, serta mempunyai semangat dan dedikasi yang tinggi, peternakan kambing peranakan etawa ini akan membuahkan hasil yang maksimal,” kata Khairi.
Khairi bukanlah sosok ayah yang gampang putus asa, semangatnya dalam mengurus peternakan kambing PE tidak tanggung-tangung, Ia sangat bercita-cita perkarangan rumahnya yang sempit itu dapat dijadikan sebagai lokasi peternakan yang ramah lingkungan dan menguntungkan.
“Saya perkirakan dari seekor induk Kambing PE dapat memperoleh anakannya dua ekor dalam setahun, jika kedepan saya punya puluhan ekor induk, tentu setiap tahunnya, saya akan mendapatkan hasil ratusan ekor anakan, dan ini sudah menjadi lapangan kerja baru bagi saya sendiri,” cetusnya.
Khairi akan terus berusaha peternakannya itu, dan dapat memberi manfaat kepada orang banyak, bukan menjadi hama bagi orang lain. “Jika Pak Tani dalam pertanian organiknya mempunyai konseb Pula keudroe, Pajoh Keudroe Yang Leubeh Baro Puloe. Saya juga punya konseb, Meubinatang Bek Sampe Juet Keu Binatang,” papar Khairi.
Maksudnya ketika dirinya memelihara ternak, janganlah menjadi penganggu terhadap lingkungan dan tanaman orang lain. Kerena menurutnya pola peternakan yang dilakoninya itu dapat memberi manfaat ganda, selain dapat menjadi usaha rutinitas, limbah ternak juga dapat dimanfaatkan untuk pertanian organik masyarakat sekitar.
Semoga saja pengalaman yang digeluti Khairi dapat ditiru oleh masyarakat lainnya di Aceh Timur khusunya yang mempunyai lahan perkarangan yang luas. Sehingga dengan demikian akan terbuka lapangan kerja masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar kita masing-masing. (Ilyas Ismail).