[dropcap]A[/dropcap]ceh Timur merupakan salah satu kabupaten di Aceh yang memiliki garis pantai terpanjang mencapai lebih kurang 90 KM. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kuala Idi merupakan salah satu pelabuhan tua di Aceh yang telah beroperasi sejak masa kolonialisme Belanda di Indonesia.
Tidak heran bahwa komunitas unggulan kabupaten Aceh Timur adalah hasil perikanan tangkap yang berasal dari WPP 571 dan WPP 572 yang masing-masing meliputi Selat Malaka dan Laut Andaman. Dulu hasil tangkapan pelabuhan Perikanan Nusantara Idi mencapai 25.000 Ton per tahun. Bahkan sektor perikanan tangkap PPN Kuala Idi dan perikanan tangkap nelayan tradisional sepanjang garis pantai Aceh Timur mampu menyelamatkan ekonomi masyarakat di kala Aceh masih dilanda konflik.
Pebuhan Idi salah satu pelabuhan di Aceh yang mempunyai armada penangkapan ikan terbanyak dibandingkan pelabuhan perikanan lainnya di Aceh. Per unit armada penangkapan di PPN Idi mampu menampung sedikitnya 30 tenaga kerja dari seluruh Aceh Timur ditambah lagi keluarga mereka, bayangkan berapa keluarga yang bergantung hidup di PPN Idi, termasuk para pengilas ikan yang saban hari bergantung hidup dari hasil pertangkapan PPN Idi.
Sangat kita sayangkan dari pantauan penulis sendiri hasil tangkapan nelayan di PPN Idi dalam beberapa tahun terakhir ini cendrung menurun, hal ini diakibatkan oleh lahan tangkapan yang telah rusak, sehingga habitat ikan berpindah ke Negari jiran. Tak jarang terdengar kabar dilansir media massa, bahwa armada kapal nelayan dari PPN Idi kerap ditangkap di luar negeri hingga ke Myanmar.
Hal ini terjadi dikerenakan lahan WPP Selat Malaka khususnya sepanjang garis pantai Aceh Timur cendrung rusak akibat ulah pukat harimau yang dilarang Pemerintah. Nah upaya untuk membangkitkan kembali peerekonomian rakyat di sektor perikanan, tentunya kedepan Aceh Timur butuh seorang pemimpin yang berasal dari kalangan pengusaha Perikanan yang berani dan cerdas dalam mengambil kebijakan tegas untuk meningkatkan sektor tersebut menjadi sektor andalan masyaralat Aceh Timur.
Jika hal ini tidak kita tanggapi, maka sangat kita sayangkan orang-orang yang punya skill dibidang perikanan tangkap yang tersebar di sepanjang garis pantai hilang lapangan pekerjaannya. Penulis sendiri berdomisili di kawasan Bagok, salah satu desa yang mayoritas penduduknya nelayan tangkap. Betapa banyaknya pawang-pawang ahli tangkapan yang saat ini harus pasrah dengan kondisi hasil tangkapan yang dratis menurun. Sehingga mereka tidak mampu membangkitkan perekonomian keluarganya.
<”Mau Umrah Hubungi Segera ”Nah, penulis beropini untuk kedepan butuh figur seorang pengusaha perikanan yang sukses dan pintar untuk membangkitkan kembali sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya tambak di Aceh Timur. Penulis tidak meragukan lagi ketika figur tersebut mampu emningkatkan sektor perikanan, tentunya sektor lainnya seperti pertanian, perekbunan sangat muda ditingkatkan.
Ketika sektor perikanan yang lahannya tidak terlihat ditengah dalamnya lautan luas mampu ditingkatkan kembali, untuk sektor pertanian, perekebunan dan perdagangan tentunya sangat mudah bagi figur itu sendiri. Karena peningkatan sektor perikanan tangkap merupakan ujian atau fit profert test bagi figur tersebut. Apalagi figur tersebut mampu menciptakan program kerja seratus harinya menumpas alat tangakap yang merusak biota dan habitat laut. serta mampu merekontruksi dan rehabilitasi per WPP agar tercipnya laut yang memberi manfaat untuk peningkatan ekonomi rakyat.
Firman Allah SWT : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Surah An-Rum 41).
Nah hari ini mau atau tidak kita kembali ke jalan yang benar untuk memperbaiki sektor-sektor peningkatan ekonomi rakyat lewat sentuhan tangan figur pengusaha perikanan yang pintar dalam meningkatkan ekonomi rakyat. (Penulis : Ilyas Ismail).
