[dropcap]P[/dropcap]uluhan tahun dulu masyarakat Aceh disibukkan dengan momok Marahet (Pancuri Takue- Red) dan Hantu Kojek (Hantu Berupa Kucing Hitam- Red) konon katanya hantu kojek bisa masuk rumah lewat celah angin dan hanya terlihat dalam bentuk bayangan saja.
Penulis ketika itu masih kanak-kanak, momok itu sempat membuat penulis sangat ketakutan, meski tidak pernah menjumpai secara nyata Marahet dan hantu Kojek. Bahkan saat mobil jenis hartop melitas dan kucing hitam lewat penulis lari pontang panting.
Bahkan dibenak penulis kala itu, seakan itulah simarahet Pancuri Takue, dan hantu kojek yang konon ceritanya dapat menghisap darah dan mengambil kepala orang untuk pembangunan jembatan Arakundo (Aceh Timur) dan Jembatan Nibong (Aceh Utara) yang tak kunjung selesai dibangun kala itu.
Akibat isu hantu kojek yang kini hanya menjadi mitos belaka ditengah mayarakat. Kala itu tidak hanya membuat warga ketakutan, akan tetapi warga sempat mengaktifkan pos kamling dan ronda malam dengan menggunakan taktok (kentongan) dan suluh.
Bahkan setiap rumah masyarakat kala itu menyediakan lidi ijok (Lidi Pohon Aren- Red) sebagai alat untuk mengusir hantu kojek yang konon katanya hantu tersebut takut kepada bulu ijok dan lidi ijok. Akibat cerita itu, juga mengurangnya kucing hitam, hingga saat ini kucing hitam langka terlihat di rumah warga karena takut dikejar masyarakat.
Sedangkan marehet, kala itu digambarkan sosok pria yang tinggi besar dan berambut gondrong, serta menggunakan jaket hitam naik mobil hartop berkaca gelap. Padahal kreteria ini sering dilakoni oleh caleg-caleg kala itu agar mereka tidak masuk kampung.
Penulis bingung, apa maksudnya, Isu tersebut sering dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab ketika jelang Pemilu. Tak ubahnya seperti isu penculikan anak yang heboh sekarang ini, telah mengakibatkan resah masyarakat dan mengundang amarah, ketika melihat orang yang dicuriagai sebagai penculik anak. Pada kenyataannya orang tersebut hanya pencari sedekah atau pemulung yang mengendong karung.
Penulis sangat kecewa isu Hoaks penculikan anak tersebut beredar di media sosial yang sengaja disiarkan oleh orang -orang yang tidak bertanggung jawab. Namun hal itu sangat berakibat fatal. Bahkan ada orang tua yang melarang anaknya bersekolah dan mengaji termasuk bermain di perkarangan rumah mereka.
Secara kasat mata, seorang yang mengusung karung dan pencari sedekah, jika dituduh sebagai penculik anak, sangat tak masuk akal. Selain tidak mampu mengendong seorang anak untuk berjalan saja tertatih-tatih, tapi pengaruh dari isu hoak tadi yang bersangkutan menjadi korban bulan-bulanan warga hingga babak belur.
Penulis yang berpropesi sebagai wartawan senior di Aceh Timur meminta kepada semua pihak termasuk teman seprofesi agar lebih peka dalam menyabarkan berita atau menulis berita tentang isu penculikan anak, sehingga tidak membuat suasana gaduh dan resah di tengah masyarakat.
[Penulis Ismail Abda, Wartawan Senior Aceh Timur]